Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengharapkan bantuan kredit dari pemerintah imbas pasar pasar yang mulai sepi pembeli. Hasan menyebut, sejak covid 19 melanda Indonesia, banyak pedagang yang mengalami kredit macet. Maka dari itu, ia meminta kepada pemerintah agar dilakukan pemutihan. "Kredit macet di tatanan usaha kecil dan menengah ini berakibat pada tidak bisanya para pelaku usaha mendapatkan bantuan kredit karena BI checking nya buruk," kata Hasan dikutip pada Senin (7/8/2023).
"Oleh sebab itu, kami minta kepada pemerintah, mohon kiranya ada pemutihan kredit macet supaya ekonomi bergairah lagi," lanjutnya. Hasan mengatakan, dari informasi yang ia dapat, pemerintah akan mengkaji kredit kredit UMKM yang macet. Update Transfer Persebaya Surabaya: H 2 Penutupan Bursa, Siapa Rekrutan Lokal Grade A Bajul Ijo? Halaman 3
Berita Persebaya Hari ini Populer: Menanti Rekrutan Grade A dan Gol Perdana Robson Darte Halaman 3 Inilah Sosok Istri Baru Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Pamer Keakraban dengan Anak Halaman 4 Bukan diputihkan, tetapi ditangguhkan sementara sampai ekonomi tumbuh kembali dengan memberi dana bantuan untuk pengembangan pasar.
"Kita berharap pemerintah betul betul bisa memperhatikan ekonomi kerakyatan yang sekarang ini sangat sangat butuh uluran pemerintah secara serius," ujar Hasan. Adapun sepinya pembeli di pasar pasar ini, kata Hasan, merupakan dampak dari penurunan daya beli masyarakat akibat covid 19. Ia menyebut penurunan pembeli bisa mencapai 80 persen. "Pasar kota seperti halnya Pasar Senen dan Pasar Minggu itu sekarang daya beli masyarakat sangat menurun dan banyak kios kios yang sudah tutup, tidak mampu berdagang," tuturnya.
Hasan mengatakan barang di pedagang juga sudah habis. Pemasukan per hari yang biasanya bisa dipakai untuk membeli stok jualan, kini langsung terpakai untuk makan hari itu juga. "Dulu kan kalau kita laris dagang, kita bisa berbelanja lagi. Keuntungannya buat kita makan. Kalau sekarang pokok pokoknya dimakan untuk kebutuhan hidup. Seperti itu keadaan kita sekarang di pasar," ujar Hasan. Lantai dasar Blok G dipenuhi oleh agen sembako hingga pedagang sayur mayur.
Namun jika melihat lantai satu dari bangunan itu hanya kios paling depan yang masih buka. Seorang pedagang pakaian sekolah yang enggan disebutkan namanya mengatakan, tutupnya puluhan kios itu sebagai imbas dari Pandemi Covid 19 yang melanda tanah air Perempuan yang memakai kerudung putih itu mengaku, pedagang kios tak mampu membayar sewa. Terlebih, harga sewa dalam setahun berkisar Rp 10 juta hingga Rp 22 juta.
"Harga sewa sih beda beda ada yang Rp 10 juta per tahun. Kalau kiosnya gede kayak dua toko itu mahal. Kalau kayak gini satu toko murah. Tergantung dari tokonya," jelasnya. Di sisi lain, Manajer Unit Pasar Tanah Abang M. Yamin mengatakan, sebagian pedagang justru berpindah di bahu jalan. "Ada sebagian (berpindah) mereka kan tidak mungkin kita kasih tempat. Orang tempat kita ada. Mereka ada sebagian," jelasnya.
Adapun terkait dua lantai yang dikunci pihak pengelola, Yamin mengaku bahwa hal itu memang sengaja dilakukan. "Iya kita kunci untuk meminimalisir orang orang yang tidak bertanggungjawab masuk ke dalam," ungkapnya. Selain itu, Yamin mengatakan, Blok G disebut bakal dilakukan revitalisasi untuk mendongkrak pendapatan pedagang.
"Insya Allah kita dorong ke sana (revitalisasi) mohon doa. Mudah mudahan dari revitalisasi nanti bisa bantu pedagang kita," ucap dia.